Jumat, 09 Desember 2011

INSTRUMEN TES

1. Analisis Tes Hasil Belajar
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang paling efektif adalah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan kata lain hasil tes itu kita olah sedemikian rupa, sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar mengajar itu masih lemah. Menurut Thorn dike dan Hagen (1977), analisis terhadap soal-soal (items) tes yang telah dijawab oleh murid mempunyai tujuan yang sangat penting. 

Pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya serta selanjutnya untuk membimbing kearah belajar yang lebih baik. 

Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan (review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya. 

Jadi identifikasi terhadap setiap butir soal tes hasil belajar dilakukan dengan harapan akan menghasilkan berbagai informasi berharga yang pada dasarnya akan merupakan umpan balik (feed back) guna melakukan perbaikan, pembenahan dan penyempurnaan kembali terhadap butir-butir item yang telah dikeluarkan dalam tes hasil belajar, sehingga pada masa-masa yang akan datang tes hasil belajar yang disusun atau dirancang oleh tester (Guru, Dosen, dan lain-lain) itu betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang memiliki kualitas yang tinggi.
2. Indeks Kesukaran (P)
“Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal”. (Arikunto, 1999: 207). 

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.Seorang akan menjadi hafal akan kebiasaan gurunya dalam pembuatan soal. 

Dengan kebiasaaan ini maka siswa akan belajar giat untuk menghadapi ulangan dengan guru yang terbiasa memberikan soal sukar, sedangkan siswa akan malas belajar bila akan ujian dengan guru yang terbiasa dengan soal ulangan yang mudah-mudah Intinya, bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. 

Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa). 

Dimana : P = indeks kesukaran 
              B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul 
          JS = jumlah seluruh siswa peserta tes. 

Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai p Kategori 
0,0 - 0.29 Sukar 
0,3 - 0,69 Sedang 
0,7 - 1,00 Mudah 

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut dengan indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan kalau soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Indeks kesukaran butir yang baik berkisar antara 0,3-0,7 paling baik pada 0,5. 
Dengan demikian maka soal dengan P =0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20. sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 0,80. 

Tindak Lanjut Hasil Analisis
Sukar

  •  butir item dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang
  • diteliti ulang, dilacak, dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang    bersangkutan sulit dijawab oleh testee, apakah kalimat soalnya kurang jelas, apakah petunjuk cara mengerjakan soalnya sulit dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-istilah yang tidak jelas, dsb. Setelah dilakukan perbaikan, butir-butir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
  • butir-butir yang terlalu sulit dapat digunakan kembali dalam tes (terutama tes seleksi) yang sifatnya sangat ketat.

Sedang
Butir item ini dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar pada waktu-waktu yang akan datang
Mudah
  • butir item dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang
  • diteliti ulang, dilacak, dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang bersangkutan sulit dijawab oleh testee, apakah kalimat soalnya kurang jelas, apakah petunjuk cara mengerjakan solnya sulit dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-istilah yang tidak jelas, dsb. Setelah dilakukan perbaikan, butir-butir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
  • butir-butir yang terlalu sulit dapat digunakan kembali dalam tes (terutama tes seleksi) yang sifatnya longgar.

3. Daya Pembeda (D)
“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. (Arikunto, 1999: 211). 

Indeks daya pembeda soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. 

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1.Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian soal indeks daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta. Indeks diskriminasi item umumnya diberi lambang dengan huruf D (singkatan dari discriminatory power).

Dimana :
DP = Indeks daya pembeda
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan bena
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.
Indeks Dsikriminasi Item (D) Klasifikasi Interpretasi
  • < 0,20 Jelek Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
  • 0,20 – 0,40 Cukup Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)
  • 0,40 – 0,70 Baik Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik
  • 0,70 – 1,00 Baik sekalit Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali
  • Bertanda negatif (-) - Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negative sekali (jelek sekali)

4. Fungsi Distraktor
Disebut juga dengan pola jawaban atau fungsi pengecoh, yaitu distribusi siswa dalam hal menentukan pilihan pada soal bentuk pilihan ganda. Fungsi distraktor ini diperoleh dengan menghitung banyaknya siswa yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d dan e yang tidak memiliki pilihan manapun. Dalam istilah evaluasi disebut omit disingkat O.

Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh siswa berarti pengecoh itu jelek, dan terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui : 
  1. taraf kesukaran soal
  2. taraf pembeda soal
  3. baik tidaknya distraktor.

Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara yaitu :

  1. diterima karena sudah baik
  2. ditolak karena tidak baik
  3. ditulis kembali karena kurang baik.

Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika oaling sedikit dipilih oleh 5 % pengikut tes. 

Contoh: 
O = Omitted (tidak menjawab), 
C* = kunci jawaban Pengecoh 
A : 13/70 x 100% > 5% , berfungsi 
B : 15/70 x 100% > 5% , berfungsi 
D : 8/70 x 100% > 5% , berfungsi 
E : 10/70 x 100% > 5% . berfungsi 
Untuk tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban dan P = 0,8, dilihat dari segi Omitted (O), sebuah butir soal dikatakan baik jika persentase O-nya ≤ 10%. 

Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas Skor
1 Karakteristik umum yang permanen peserta tes 
  • kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam menghadapi tes 
  • kemampuan umum dan teknik yang digunakan ketika mengambil tes 
  • kemampuan umum untuk memahami petunjuk tes

2 Karakteristik khusus yang permanent peserta tes
  • kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan atribut yang diukur dalam sebuah tes 
  • pengetahuan dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan soal 
  • keajegan respon peserta didik terhadap pilihan jawaban (misalnya mereka cenderung memberi jawaban A dari 4 alternatif yang disediakan atau cenderung memilih B dari soal benar salah yang disajikan) 


Khusus yang berkaitan dengan soal
  • pengetahuan khusus yang berkaitan dengan fakta atau konsep khusus 
  • pengetahuan dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan soal

3 Karakteristik umum yang temporer seperti :
  • kesehatan 
  • kelelahan 
  • motivasi 
  • gangguan emosi 
  • kemampuan umum dan teknik yang digunakan ketika mengambil tes 
  • pemahaman mekanisme tes 
  • faktor panas, cahaya, ventilasi, 

4 Karakteristik khusus yang temporer seperti :
Khusus yang berkaitan dengan tes secara keseluruhan

  • pemahaman terhadap petunjuk tes 
  • trik atau teknik-teknik mengatasi tes 
  • pengalaman/latihan menghadapi tes terlebih lagi dalam tes psikomotor 
  • kebiasaan menghadapi sebuah tes

Khusus yang berkaitan dengan soal

  • fluktuasi ingatan yang dimiliki peserta didik 
  • hal-hal yang berkaitan dengan perhatian dan keakuratan

5 Faktor penyelenggaraan

  • waktu, bebas dari gangguan, dan petunjuk yang jelas 
  • pengawasan 
  • penskoran

6 Faktor yang tidak pernah diperhitungkan

  • keberuntungan karena faktor menebak 
  • mengingat soal yang telah dilihatnya 


Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang paling efektif adalah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar mengajar itu sendiri. Kemudian bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.

Kemudian mengetahui daya pembeda item itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegangi untuk menyusun butir-butir item teshasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan testee yang satu dengan testee yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir-butir item tes hasil belajar hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan testee tersebut.

 Dan Menulis soal adalah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang.Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes.
Saran
Tentunya ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan penulis untuk memperbaiki ini. Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan atau ulasan yang salah atau kurang. Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar