Sabtu, 29 Oktober 2011

Mengidentifikasi Prilaku dan Karakteristik awal si belajar

LATAR BELAKANG

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu manusia telah berkembang selama berabad abad yang lalu dan tetap terbuka kesempatan yang luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf kebudayaan yang lebih tinggi. Masing masing manusia pun mengalami banyak perkembangan di berbagai bidang, kemampuan ini didapat karena adanya kemampuan untuk belajar. Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Setiap guru / pengajar berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pesertanyanya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku peserta dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta yang ada.

KAJIAN TEORI

1. Pengertian

Pakar-pakar perancang pembelajaran (Banathy, 1968; Gerlach dan Ely, 1971; Kemp, 1977; Dick dan Carey, 1985; Romiszowski, 1981; Degeng, 1990) menempatkan langkah analisis karakteristik peserta pada posisi yang amat penting sebelum langkah pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran. Semua ini menunjukkan bahwa teori pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik si belajar. Demikian juga untuk mengembangkan strategi pembelajaran moral yang optimal terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik peserta sebagai pijakannya. Strategi pembelajaran moral ini sangat diperlukan karena banyaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) di kalangan remaja, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, pembunuhan dan lain-lain, yang sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.

Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Keadaan ini sangat memprihatinkan masyarakat umum khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, utamanya para pelajar. Sesungguhnya remaja memiliki kesadaran moral sehingga dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar dan sesuai dengan etika.

Artinya, ada kesatuan antara penalaran moral dengan perilaku moralnya. Dengan kata lain, betapapun bermanfaatnya suatu perilaku moral terhadap nilai kemanusiaan, namun jika perilaku tersebut tidak disertai dan didasarkan pada penalaran moral, maka perilaku tersebut belum dapat dikatakan sebagai perilaku moral yang mengandung nilai moral.

Dengan demikian, suatu perilaku moral dianggap memiliki nilai moral jika perilaku tersebut dilakukan secara sadar atas kemauan sendiri dan bersumber dari pemikiran atau penalaran moral yang bersifat otonom (Kohlberg, 1971). Penalaran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral (Kohlberg, 1977). Karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya hanya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Artinya, pengukuran moral yang benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku moral tersebut. Dengan mengukur tingkat penalaran moral remaja akan dapat mengetahui tinggi rendahnya moral tersebut. Informasi ini akan dapat dijadikan landasan pijak dalam merancang program-program pembelajaran moral bagi remaja, juga sebagai landasan pijak bagi perancang dan produksi bahan-bahan pembelajaran khususnya di bidang moral, seperti buku-buku teks serta media pembelajaran moral lainnya. Tingkat penalaran moral remaja ini penting untuk diketahui, sebab akan menentukan nasib dan masa depan mereka serta kelangsungan hidup bangsa Indonesia umumnya. Dapat dikatakan bahwa penanggulangan terhadap masalah-masalah moral remaja merupakan salah satu penentu masa depan mereka dan bangsanya (Mulyono, 1984).

 Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti pembaelajaran, bukan untuk menentukan perilaku pra syarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Konsekuensi dari digunakannya cara ini adalah: titik mulai suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa. Jadi, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa/peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.

2. Identifikasi Perilaku dan Karakteristik

Untuk melakukan kegiatan identifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, maka kita harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional yang antara lain adalah :
1. Siswa, mahasiswa dan yang lainnya.
2. Orang yang mengetahui kondisi siswa seperti guru.
3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarakan mata pelajaran.

Berawal dari informasi-informasi tersebut, maka tingkat kemampuan populasi sasaran dalam perilaku-perilaku khusus yang diperoleh dari analisis instruksional, itu perlu diidentifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai si belajar untuk diajarkan. Dengan demikian pengembang instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi si belajar yaitu :
 A. Aspek-aspek analisis pada kegaiatan identifikasi perilaku dan karakterisitk awal siswa.

Dalam hal ini ada empat aspek kepribadian si belajar yang tergolong pada kegiatan indentifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, yaitu : 1. Kemampuan Dasar. 2. Latar belakang sosial. 3. Perbedaan individual.

B. Teknik identifikasi perilaku awal siswa.

Teknik untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan interview, observasi dan tes. Sabjek yang memberikan informasi diminta untuk mengidentifikasi tingkat pengusaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian, ( rating scales).

C. Teknik identifikasi karakteristik awal siswa.

Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi karateristik awal siswa adalah sama dengan tekhnik yang digunkan dalam mengidentifikasi awal siswa, yaitu ; interview, observasi dan tes. Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak ; sampai dimana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila sebelajar mampu , hal-hal apa yang memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi penghambat. Hal-hal yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat faktor-faktor akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor si soalnya, sebab kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar si pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar