Sebenarnya pemuda itu masih akan mengeluarkan berbagai macam
pertanyaan dan uneg-unegnya. Tapi, mendadak bocah itu berdiri. Ia
menatap pemuda itu lebih tajam lagi. “Itukan yg kalian lakukan juga
kepada kami semua!!! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini
ketimbang saya? Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami
hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa
!!!!!!”
Source : “Monyet dan Kacang kegemarannya”
“Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang
kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami,,???
Bukankah kalian yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang
menangis ??? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja
sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh
kesakitan hingga kematian menjemput kami !!!” lanjutnya.
“Bukankah
juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk
menahan lapar dan haus ???? Ketika bedug maghrib berlalu, ketika azan
terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian ???”
Bocah itu trus
berbicara tanpa memberi kesempatan si pemuda untuk menyela. Tiba-tiba suara
bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar
“sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih mengiba.
“ ketahuilah,
kami berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya
bulan puasa, lantaran memang tidak ada makanan yang bisa kami makan.
Sementara anda hanya berpuasa sepanjang siang saja. Dan, ketahuilah juga,
justru Anda dan orang-orang di sekeliling andalah yang menyakiti
perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian
sebut itu menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Bukankah kalian jg yg
berlebihan dlm mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya
segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah Kue Lebaran ???
Sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan
ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula.”
“Tuan
kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan
tanpa terkecuali termasuk bulan Ramadan ini. Apa yg telah saya lakukan
adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami ?? Tuan,
sadarkah anda akan ketidakabadian harta ?? Lalu kenapa kalian masih saja
mendekap harta berlebih ??”
“Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila
anda dan orang-orang di sekeliling anda tertawa sepanjang masa dan melupakan
kami. Tahukah anda akan adanya azab Allah yang akan menimpa. .??”
“Anda
jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi,,perut masih akan
tetap kenyang,,,,jangan pernah merasa matahari tidak akan menyatu dengan bumi
kelak.”
Entahlah, apa yang ada di kepala dan hati pemuda itu.
Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah itu tanpa bisa
dihentikan. Dan hebatnya, semua yang dikatakan bocah itu benar apa adanya
!! Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu
saja meninggalkan pemuda tadi yang dibuatnya terbengong-bengong.
Begitu
sadar, pemuda itu berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan.
Namun, ia tidak bisa menemukan bocah itu,bahkan semua warga yang menunggu
penasaran di luar rumah juga tidak melihat bocah itu keluar.
Bocah
itu benar-benar misterius. Dan sekarang ia malah menghilang bagaikan ditelan
bumi. Meski peristiwa tadi tidak masuk akal, tapi ia mau menyakini bahwa
memang betul apa yang dikatakan bocah misterius itu. Bocah itu memberikan
pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya
kita ingat, yaitu mereka yang tidak berpakaian selayaknya, mereka yang
kelaparan, dan kehidupan yang tidak layak. Seharusnya mereka yang mendapatkan
karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, dengan berjalan
membusungkan dada dan menyombongkan harta yang dimiliki.
Marilah
berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus
menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk
menahan lapar. Pemuda itu pun bersyukur kepada Allah karena telah
mempertemukannya dengan bocah itu yang memberikannya hikmah yang luar biasa,ia
tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut Mati Mata Hatinya.
Sekarang,
yang ada dipikirannya, entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan
mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu kepada semua orang yang
dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.
Kejadian bersama
bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki Hati yang
bercahaya. Pertemuan itu menjadi yang terakhir bagi pemuda itu dan semua
warga kampung itu. Mereka tidak pernah lagi melihatnya untuk selama-lamanya.
Source : “Monyet dan Kacang kegemarannya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar